Minggu, 02 Februari 2014


O.CO , Tokyo - Siapa bilang bercocok tanam wajib menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya? Tanpa banyak bicara, Takao Furuno, warga Desa Keisen, Pulau Kyushu, Jepang, mematahkan premis itu.

Belajar pada sistem bercocok tanam kuno tradisi leluhurnya, pria berusia 61 tahun ini mengolah enam ha lahan pertaniannya tanpa pestisida. Dengan catatan khusus: panennya selalu berhasil dan ia mendapatkan penghasilan tambahan dari beternak bebek.

Bebek? Pria ini terkekeh saat menjelaskannya. Dalam tradisi lama para petani Jepang, mereka melibatkan  bebek dan puluhan burung-burung sebagai tenaga patroli hama. Unggas ini memakan serangga dan gulma tanpa mengusik tanaman. Mereka juga memastikan oksigenisasi air dan menyuburkan tanah dengan kotorannya.

Furuno telah memotong biaya produksi dan meningkatkan hasil hampir sepertiga dibandingkan dengan tetangganya yang menggunakan pupuk kimia. Di akhir masa tanam, ia menjual padi dan bebeknya sekaligus.

Oh ya, Furuno kini juga mendapat penghasilan lain, yaitu dari royalti buku. Sebuah penerbit, memintanya menulis teknik bertani dengan melibatkan unggas. Tahun 2000, bukunya diterbitkan. Kini, buku Furuno tak hanya laris manis di Jepang, namun menjajah mancanegara hingga ke Prancis. Uji coba yang dilakukan petani Camargue, Prancis, dari bukunya, terbukti efektif. Furuno pun diundang untuk berbagi ilmu secara langsung.

TRIP B | GUARDIAN

menanam padi di basement di jepang



Sekalipun Jepang adalah negeri yang memiliki kemajuan teknologi yang maju pesat. Mereka tetap tak melupakan sektor pertanian dan perkebunan. sebagian orang Jepang masih mempertahankan persawahan dan mengoptimalkan hasil perkebunan.

Namun ada yang menarik dari teknologi negeri Matahari Terbit ini, jika di Indonesia menanam padi atau sayuran dilakukan di sawah dan ladang, maka di Jepang ada lahan di dalam gedung yang bisa digunakan untuk bercocok tanam. tepatnya Di lantai dasar gedung Nomura yang berlantai 27 di distrik Otemachi, Tokyo mereka menanam berbagai tanaman.

Di areal seluas 1000 m2 tumbuh subur sayuran seperti tomat, strawberi, padi dan tanaman lainnya. Tanaman di tanam dengan sistem hidroponik (cara menanam tanpa media tanah). Disebabkan di dalam gedung di bawah tanah maka sinar mataharipun tidak bisa menembus ke dalam tanaman ini.

Namun dengan teknologinya yang telah maju, sebagai pengganti cahaya matahari, kebun dibawah tanah ini di suplai oleh lampu seperti LED, dan high-pressure sodium vapor lamps. Semuanya di kendalikan oleh komputer sehingga baik cahaya maupun temperatur sangat mirip dengan kebun aslinya.

Selain itu, proyek yang telah dijalankan sejak tahun 2005 ini juga digunakan sebagai tempat untuk berbagai percobaan, pelatihan hingga digunakan untuk tujuan wisata teknologi pertanian. Hingga saat ini lahan percobaan seperti ini sudah ada di sembilan lantai dasar gedung di Tokyo.

http://narutobleaclover.net

http://www.facebook.com

Tokyo - Para petani di Jepang sudah mulai memanfaatkan teknologi canggih untuk mengembangkan hasil panen mereka. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah sensor diletakkan untuk menjaga tanaman mereka.

Fungsi sensor tersebut bermacam-macam. Ada yang dibuat untuk mendeteksi tingkat kelembaban, prediksi hujan, dan lainnya. Semua itu disatukan dalam satu sistem yang bisa dipantau melalui smartphone dan tablet PC.

Data yang dihasilkan oleh sensor tersebut kemudian diolah oleh Fujitsu melalui perangkat khusus. Kemudian data tersebut disimpan 'di awan' agar para pengguna bisa mengakses dari mana pun, komputer rumah, tablet PC, atau bahkan smartphone.

Sistem tersebut dibuat oleh Fujitsu, dan konon sudah mulai digunakan oleh Fukuhara, Shinpuku Seika, Aeon Agri Create dan Sowakajeun. Semua itu adalah instansi pertanian yang beroperasi di Jepang.

"Kami mengerti bagaimana pentingnya peran ICT dalam pertanian. Teknologi ini bisa dipakai untuk menjaga kualitas hasil panen," kata Masami Yamamoto, President Fujitsu Limited di sela-sela Fujitsu Forum 2013 di Tokyo International Forum 15-16 Mei 2013 yang turut dihadiri detikINET.

Selain bisa menjaga kualitas hasil panen, teknologi tersebut juga diklaim Fujitsu bisa dipakai untuk mencegah gagal panen yang biasanya diakibatkan oleh kondisi cuaca yang tak terduga.

Untuk bisa mencicipi teknologi tersebut para petani tak perlu membangun infrastruktur khusus, karena semua peralatan dan proses instalasi dikerjakan oleh Fujitsu.

Biaya untuk menggunakannya pun tidak terlalu mahal, setiap bulan penggguna dikenakan biaya mulai dari Yen 40 ribu (sekitar Rp 3,8 juta), dan biaya instalasi awal sebesar Yen 50 ribu (Rp 4,7 juta).

Lalu bagaimana peluangnya di Indonesia yang dulu sempat digaung-gaungkan sebagai negara agraris? Menurut Ewin Tan selaku Head of Product Management Fujitsu Indonesia, teknologi tersebut bisa saja dibawa ke Tanah Air jika ada petani lokal yang menginginkannya.

"Kalau dibilang mungkin, ya mungkin. Karena sebenarnya memang bisa dipakai di Indonesia," tandas Ewin. (eno/ash)


JAKARTA – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) menghasilkan teknologi perbenihan tanaman pangan dan hortikultura berupa galur harapan padi hibrida unggulan, varietas kentang, dan varietas jeruk seedless.

Lima galur padi hibrida unggulan yakni GMJ 3/CRS 528, GMJ 3/CRS 552, GMJ 6/ BH19D-MR-5-3-2, A7/BH24D-MR-2-1-2, dan GMJ 3/BH19D-MR-7-1-3 dipresentasikan oleh Dr. Indrastuti A. Miranti dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Tujuh varietas kentang yaitu Varietas GM 05, GM 08, Ping 06, Andina, Kastanum, Vernei, dan Tenggo oleh Kusmana SP dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Kemudian, dipromosikan pula jeruk keprok soe dan jeruk pamelo nambangan berbiji sedikit (seedless) oleh Dr. Hardiyanto dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik.

Promosi teknologi pada acara Round Table Meeting (RTM) oleh Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP), Jumat (9/2/2012) di Jakarta Convention Center, yang mengundang perhatian besar dari peserta yang hadir ini merupakan tahap awal dari proses alih teknologi.  Kepala BPATP Dr. Agung Hendriadi berharap ada tindak lanjut dari besarnya minat perusahaan swasta untuk melisensi teknologi-teknologi yang telah dipromosikan.



Alat dan mesin pertanian

Alat dan mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang digunakan dalam usaha pertanian. Pengelompokan penggunaan istilah alat dan mesin pertanian dapat diketahui dari tabel di bawah ini.
No         
Kriteria
Alat       
Mesin
1              Bentuk dan mekanisme yang digunakan               Bentuk dan mekanisme sederhana         Bentuk dan mekanisme lebih kompleks
2              Tenaga penggerak           Umumnya manual           Umumnya menggunakan mesin
3              Jumlah proses   Sedikit  Banyak


Beberapa contoh alat pertanian adalah sprayer tipe gendong dan alat penanam benih padi (transplanter). Sedangkan contoh mesin adalah traktor roda dua, mesin penggiling, dan mesin pemanen padi.


Alat dan mesin pertanian memiliki berbagai peranan dalam usaha pertanian, antara lain:
Menyediakan tenaga untuk daerah yang kekurangan tenaga kerja
Antisipasi minat kerja di bidang pertanian yang terus menurun
Meningkatkan kapasitas kerja sehingga luas tanam dan intensitas tanam dapat meningkat
Meningkatkan kualitas sehingga ketepatan dan keseragaman proses dan hasil dapat diandalkan serta mutu terjamin
Meningkatkan kenyamanan dan keamanan sehingga menambah produktivitas kerja
Mengerjakan tugas khusus atau sulit dikerjakan oleh manusia
Memberikan peran dalam pertumbuhan di sektor non pertanian

Sebagai contoh, pekerjaan pengolahan tanah sawah bila menggunakan tenaga manusia diperlukan 50 hari kerja per hektar. Bila dibajak dengan kerbau, membutuhkan 25 hari kerja per hektar. Sedangkan jika dikerjakan dengan traktor roda dua, cukup 10 jam per hektar
Jenis dan Fungsi Alat dan Mesin Pertanian

Alat dan mesin (alsin) pertanian dikelompokkan menjadi dua: alsin budidaya tanaman dan alsin pengolahan hasil pertanian. Alsin budidaya pertanian adalah alsin yang digunakan untuk produksi tanaman dan ternak. Contoh alsin untuk produksi tanaman adalah alsin pengolah tanah, mesin tanam, sprayer, mesin pemanen, dan sebagainya. Contoh alsin budidaya ternak adalah alsin penyiapan pakan, aerator, pemerah susu, dan sebagainya.

Alsin pengolahan hasil pertanian adalah alsin yang digunakan untuk menangani atau mengolah hasil tanaman atau hasil ternak. Contoh alsin penanganan dan pengolahan hasil tanaman dan ternak adalah Rice Milling Unit, pengering, thresher, mesin sortasi, mesin pengolah biji sawit, dan sebagainya.

Alat dan mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang digunakan dalam usaha pertanian. Pengelompokan penggunaan istilah alat dan mesin pertanian dapat diketahui dari tabel di bawah ini.
No         
Kriteria
Alat       
Mesin
1              Bentuk dan mekanisme yang digunakan               Bentuk dan mekanisme sederhana         Bentuk dan mekanisme lebih kompleks
2              Tenaga penggerak           Umumnya manual           Umumnya menggunakan mesin
3              Jumlah proses   Sedikit  Banyak


Beberapa contoh alat pertanian ad

inovasi


Inovasi Teknologi Pertanian untuk Produk Global

Perubahan budaya atau aspek sosial ternyata merubah cara pandang. Jaman dahulu kala, manusia mencukupi kebutuhan pangan dengan cara berburu. Setelah lewat era itu, kebutuhan pangan diusahakan dengan bercocok tanam. Saat ini perkembangan itu sudah demikian dasyat. Teknologi pangan sudah demikian maju. Dari sekian bahan pangan yang dimakan oleh manusia ternyata masih banyak berasal dari muka bumi artinya belum tergantikan oleh produk digital. Dari mulai tanaman di tanam, dirawat, dipanen, dikemas, didistribusikan hingga di meja makan membutuhkan inovasi.

Namun demikian pada era industrialisasi global sekitar abad ke-18, peningkatan bahan pangan yang digenjot habis-habisan ini menyisakan masalah baru. Penggunaan teknologi saat itu masih menyisakan kesedihan kepada perubahan sosial, ekonomi dan ekologi saat ini. Penerapan teknologi pertanian konvensional yang membahana menyebabkan ketergantungan petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Pelaksanaan budidaya yang kurang memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup. Bahkan hitung-hitungan yang rasional terhadap pembelajaan sarana produksi pertanian tidak dihitung sebagai rugi laba.

Beberapa fakta yang bisa ditemui saat ini berkaitan dengan gagalnya pertanian konvensional antara lain ;
Penurunan tingkat kesuburan tanah
Hilangnya bahan organik dalam tanah
Erosi dan sedimentasi tanah
Pencemaran tanah dan air akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan
Residu pestisida dan bahan berbahaya lainnya
Memudarnya konsep gotong royong masyarakat
Berkurangnya luas lahan karena beralih fungsi jadi tempat industri, dll

Hingga kemudian para pakar mengemukakan gagasan mengenai pertanian berkelanjutan. Urusan pangan bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan. Bukan hanya untuk kita tetapi juga untuk anak cucu kita. Food and Agriculture Organization (FAO, 1989) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai manajemen dan konservasi basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial.

Pertanian berkelanjutan ini tidak lepas dari pemanfaatan teknologi. Tiga pilar pertanian berkelanjutan antara lain; dimensi Sosial, dimensi Ekonomi dan dimensi Ekologi. Selain dimensi tersebut penting untuk mengaplikasikan teknologi yang berkaitan langsung dengan bidang pertanian maupun bidang lain. Teknologi ini harus mampu memacu peningkatan nilai tambah (value added), daya saing (competitiveness), dan keuntungan (profit/benefit) produk pertanian.

Organ teknologi yang diperlukan adalah cara budidaya dan bertani secara berkelanjutan dilakukan dengan baik, penanganan hasil panen yang baik, pengolahan/pasca panen dan membangun sistem distribusi yang baik. Indikasi atau ukuran keberhasilan pelaksanaan teknologi tersebut adalah standar terhadap produk pertaniannya. Produk pertanian yang baik memenuhi kriteria kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Teknologi yang mampu mendaur ulang proses pemanfaatan (zero waste) dan pemanfaatan sumberdaya lokal serta diversifikasi merupakan salah satu bagian dari strategi penguatan teknologi.

Indonesia merupakan negara besar dan memiliki potensi untuk melaksanakan hal ini. Sumberdaya cukup melimpah dan didukung oleh iklim yang kondusif. Peran serta pengambil kebijakan lebih fokus dalam pembangunan bidang pertanian berkelanjutan akan mengenjot gairah perkembangan pertanian berkelanjutan. Pada masanya, produk petani Indonesia mampu menjadi daya saing global.[jo]

smp


http://smpnurululumsemiring.blogspot.com